4 PENYEBAB STUNTING PADA ANAK

4 PENYEBAB STUNTING PADA ANAK
4 penyebab stunting pada anak (ilustrasi : blogduniaanakindonesia/TNP2K)

Dilansir BlogDuniaAnakIndonesia.blogspot.com dari Buku ringkasan Stunting 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Stunting adalah Kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bayi di Bawah Lima Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.


PENYEBAB STUNTING PADA ANAK BALITA

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting diantaranya : Praktek pengasuhan yang kurang baik, Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care, Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi, dan Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


1. Praktek pengasuhan yang kurang baik

Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

Baca Juga: PENGERTIAN STUNTING MENURUT WHO DAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care

Masih terbatasnya pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan (Post Natal Care) dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).


3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi

Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.


Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.


4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.


Dilansir BlogDuniaAnakIndonesia.blogspot.com dari Buku ringkasan Stunting 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) oleh TNP2K, bahwa beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk dapat mengurangi pervalensi stunting di Indonesia.

Post a Comment for "4 PENYEBAB STUNTING PADA ANAK"