KRITERIA ANAK PENYANDANG AUTISME BERDASARKAN DSM-IV

Kriteria Anak Penyandang Autisme Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM IV). blogduniaanakindonesia.blogspot.com, Jakarta: Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Menurut catatan sejarah kesehatan, Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.


Lalu apa saja kriteria dan apa yang dimaksud atau pengertian Autisme berdasarkan pendapat para Ahli?. baca terus untuk mendapatkan penjelsan lengkap terkait Autis pada anak Indonesia dalam artikel blogduniaanakindonesia.blogspot.com:

https://blogduniaanakindonesia.blogspot.com/

APA PENGERTIAN AUTISME?

PENGERTIAN MENURUT PENDAPAT AHLI

  • Autisme Menurut Veskarisyanti (2008 : 17) dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gajala hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.
  • Autisme Menurut Wright (2007: 4) adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak. Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap.
  • Autisme Menurut Yuwono (2009:26) adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat kompleks/berat dalam kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi dan bahasa dan perilaku serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya. Gejala autistik muncul pada usia anak sebelum 3 tahun.
  • Autisme Menurut Muhammad (2008:103) menuliskan bahwa anak autisme sering menimbulkan kekeliruan bagi pengasuhnya karena mereka kelihatan normal tetapi memperlihatkan tingkah laku dan pola perkembangan yang berbeda. Pemahaman dan tanggapan yang salah terhadap keadaan ini akan menghambat perkembangan anak yang serius dalam semua bidang, terutama dalam bidang kemampuan sosial dan komunikasi.
  • Menurut Hadis (2006:55) anak autisme digolongkan sebagai anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorders). Kelompok gangguan ditandai dengan adanya abnormalitas secara kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi disertai minat dan gerakan yang terbatas, stereotipik, dan berulang. Pervasif berarti bahwa gangguan tersebut sangat luas dan berat yang mempengaruhi fungsi individu secara mendalam dalam segala situasi.
  • Autis Menurut Safaria (2005:1) menuliskan bahwa secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori pervasif ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan berbahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.
  • Menurut Peeters (2004) Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang ciri utamanya adalah gangguan kualitatif pada perkembangan komunikasi baik secara verbal (berbicara dan menulis) dan non verbal (kurang bisa mengekspresikan perasaan dan kadang menunjukkan ekspresi yang kurang tepat)
  • Autisme Menurut Matson (dalam Hadis, 2006) mengemukakan pendapatnya bahwa autistik merupakan gangguan perkembangan yang berentetan atau pervasif. Gangguan perkembangan ini terjadi secara jelas pada masa bayi, anak-anak, dan masa remaja.
  • Menurut Sastra (2011:133) autisme adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya, sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu.
  • Alhamdi (dalam Sastra 2011:134) mengatakan autisme adalah suatu gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi dan sensoris.



Beragam arti atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan secara umum bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif dan mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan-gangguan dalam berkomunikasi, interaksi soisal dan imajinasi sering saling berkaitan sehingga semuanya dapat digambarkan sebagai tiga serangkai. Gejala lainnya yang muncul antara lain berupa kehidupan dalam dunia sendiri tanpa menghiraukan dunia luar.


Lalu apa saja kriteria nya?


APA KRITERIA ANAK DENGAN DIAGNOSTIK PENYANDANG AUTISME MENURUT DSM IV

Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), kriteria diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:


Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari (1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3):

(1) Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut:
  • Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur untuk mengatur interaksi sosial.
  • Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat menurut tahap perkembangan.
  • Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).
  • Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.



(2) Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu dari hal berikut:
  • Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa (tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik).
  • Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.
  • Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau bahasa yang aneh.
  • Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.



(3) Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan berbentuk tetap, ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada setidak- tidaknya satu dari hal berikut:
  • Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.
  • Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang spesifik.
  • Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari keseluruhan tubuh).
  • Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek.



Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya dalam 1 dari area berikut, dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun:

(1) interaksi sosial,


(2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan simbolik atau imajinatif.


Gangguan tidak lebih baik bila dimasukkan dalam Rett’s Disorder atau Childhood




APA GANGGUAN-GANGGUANNYA?

Menurut (Veskarisyanti, 2008 : 18) Ada beberapa gangguan pada anak penyandang autisme:


1. Komunikasi

Munculnya kualitas komunikasi yang tidak normal, ditunjukkan dengan (1) Kemampuan wicara tidak berkembang atau mengalami keterlambatan (2) Pada anak tidak tampak usaha untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar (3 )Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan yang melibatkan komunikasi dua arah dengan baik (4) Bahasa yang tidak lazim yang selalu diulang-ulang atau stereotipik.


2. Interaksi Sosial

Timbulnya gangguan kualitas interaksi sosial yaitu (1) anak mengalami kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan wajah yang tidak berekspresi (2) ketidakmampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama (3) ketidakmampuan anak untuk berempati, dan mencoba mambaca emosi yang dimunculkan oleh orang lain.


3. Perilaku

Aktivitas, perilaku dan ketertarikan anak terlihat sangat terbatas. Banyak pengulangan terus-menerus dan stereotipik seperti: adanya suatu kelekatan pada rutinitas atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki di keset, baru naik ke tempat tidur. Bila ada satu dari aktivitas di atas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan menangis bahkan berteriak-teriak minta diulang.


4. Gangguan sensoris

Sangat sensitive terhadap sentuhan (seperti tidak suka dipeluk), bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda dan tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa takut.


APA PENYEBAB AUTISME?

Beberapa tahun yang lalu, penyebab autisme masih merupakan misteri. Sekarang, berkat alat kedokteran yang semakin canggih, diperkuat dengan autopsy, ditemukan beberapa penyebab, antara lain :


1. Faktor neurobilogis

Menurut Maulana (2007 : 19) Gangguan neurobiologist pada susunan saraf pusat (otak). Biasanya, gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna .


2. Masalah genetik

Menurut Maulana (2007 : 19) Faktor genetik juga memegang peranan kuat, dan ini terus diteliti. Pasalnya, banyak manusia mengalami mutasi genetik yang bisa terjadi karena cara hidup yang semakin modern (penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpolusi). Beberapa faktor yang juga terkait adalah usia ibu saat hamil, usia ayah saat istri hamil, serta masalah yang terjadi saat hamil dan proses kelahiran.


3. Masalah selama kehamilan dan kelahiran

Masalah pada masa kehamilan dan proses melahirkan, resiko autisme berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi pada masa 8 minggu pertama kehamilan. Ibu yang mengkonsumsi alkohol, terkena virus rubella, menderita infeksi kronis atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga mempertinggi resiko autisme. Proses melahirkan yang sulit sehingga bayi kekurangan oksigen juga diduga berperan penting. Bayi yang lahir premature atau punya berat badan dibawah normal lebih besar kemungkinnanya untuk mengalami gangguan pada otak dibandingkan bayi normal (Ginanjar, 2008). Menurut Hadis (2006:45) Komplikasi pranatal, perinatal, dan neonatal yang meningkat juga ditemukan pada anak autistik. Komplikasi yang sering terjadi ialah adanya pendarahan setelah trimester pertama dan adanya kotoran janin pada cairan amnion yang merpakan tanda bahaya dari janin. Penggunaan obat-obat tertentu pada ibu yang sedang mengandung juga diduga dapat menyebabkan timbulnya gangguan autisme. Komplikasi gejala saat bersalin berupa bayi terlambat menangis, bayi mengalami gangguan pernapasan, bayi mengalami kekuragan darah juga diduga dapat menimbulkan gejala autisme.


4. Keracunan logam berat

Keracunan logam berat merupakan kondisi yang sering dijumpai ketika anak dalam kandungan. Keracunan logam seperti timbal, merkuri, cadmium, spasma infantile, rubella kongenital, sclerosis tuberosa, lipidosis serebral, dan anomaly komosom X rapuh. Racun dan logam berat dari lingkungan, berbagai racun yang berasal dari pestisida, polusi udara, dan cat tembok dapat mempengaruhi kesehatan janin. Berdasarkan Veskarisyanti (2008: 17) Penelitian terhadap sejumlah anak autis menunjukkan bahwa kadar logam berat (merkuri, timbal, timah) dalam darah mereka lebih tinggi dibandingka anak-anak normal.


5. Terinveksi virus

Lahirnya anak autistik diduga dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxoplasmosis, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang meyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi. Efek virus dan keracunan tersebut dapat berlangsung terus setelah anak lahir dan terus merusak pembentukan sel otak, sehingga anak kelihatan tidak memperoleh kemajuan dan gejala makin parah. Gangguan metabolisme, pendengaran, dan penglihatan juga diperkirakan dapat menjadi penyebab lahirnya anak autistik (Maulana, 2007: 19).


6. Vaksinisasi

Vaksinisasi MMR (Measles, Mumps dan Rubella) menjadi salah satu faktor yang diduga kuat menjadi penyebab autisme walaupun sampai sekarang hal ini masih jadi perdebatan. Banyak orangtua yang melihat anaknya yang tadinya berkembang normal menunjukkan kemunduran setelah memperoleh vaksinisasi MMR. Zat pengawet pada vaksinisasi inilah (Thimerosal) yang dianggap bertanggung jawab menyebabkan autisme. Untuk menghindari resiko maka beredar informasi bahwa sebaiknya vaksinisasi diberikan secara terpisah atau menggunakan vaksinisasi yang tidak mengandung thimerosal. Cara lain adalah menunggu anak berusia 3 tahun untuk meyakinkan bahwa masa kemunculan ciri-ciri autisme telah lewat.


7. Kelebihan Peptida Opitoid

Menurut Sastra (2011:136) peptida berasal dari pemecahan protein gluten yang ditemukan dalam gandum dan protein casein. Protein gluten berasal dari protein susu yang diperlukan dalam jumlah sedikit untuk aktivitas otak. Keadaan abnormal dapat meningkatkan jumlah peptida opoid, antara lain adalah sebagai berikut:
  • Protein yang masuk ke dalam usus tidak dicerna secara sempurna menjadi amino sehingga jumlah dan penyerapan peptida dalam usus meningkat.
  • Jumlah peptida dalam usus normal, tetapi terjadi kebocoran pada dinding usus. Hal tersebut mengakibatkan penyerapan ke dalam darah terlalu banyak.
  • Jumlah protein normal, tetapi kebocoran pada dinding usus dan batas dara- otak.



TENTANG DSM IV

Buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM IV) dikembangkan dan dikelola oleh American Psychiatric Association.


Adapun tujuan DSM-IV menyediakan sistem klasifikasi standar untuk diagnosis gangguan kesehatan mental untuk anak-anak dan orang dewasa.


Dalam buku ini berisi lengkap Gangguan DSM-IV dan istilah kondisi diatur ke dalam 18 kelas, dan sebagian besar istilah terkait dengan kode Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM).


DSM-IV menggunakan model lima sumbu untuk pengembangan pilihan pengobatan dan prognosis. Sumbu tersebut adalah:
  • Gangguan Klinis / Kondisi Lain Yang Mungkin Menjadi Fokus Perhatian Klinis
  • Gangguan Kepribadian / Retardasi Mental
  • Kondisi Medis Umum
  • Masalah Psikososial dan Lingkungan
  • Penilaian Fungsi Global



Demikianlah artikel lengkap Kriteria Anak Penyandang Autisme Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM IV) dalam tulisan blogduniaanakindonesia.blogspot.com, semoga bermanfaat!

Post a Comment for "KRITERIA ANAK PENYANDANG AUTISME BERDASARKAN DSM-IV"