PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK BERDASARKAN TEORI PARA AHLI

Dunia Anak Indonesia – Setiap orang tua sudah pasti mengharapkan anak-anaknya mendapatkan tumbuh kembang yang positif baik secara fisik maupun dari segi kejiwaan, untuk memahami tentang perkemabangan anak terutama berkaitan dengan psikologi anak, ada baiknya kita melihat tumbuh kembang psikologi anak dari segi teori yang dikemukakan oleh para ahli.


PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK BERDASARKAN TEORI PARA AHLI
Perkembangan Psikologi Anak





TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK BERDASARKAN TEORI PSIKOANALISIS

Teori psikoanalisis adalah proses perkembangan yang berlangsung tanpa disadari atau unconscious, umumnya selalu diwarnai dengan tingkatan emosi anak. Teori ini memang membicarakan tentang bagaimana pengalaman serta keinginan seorang anak dalam mendapatkan pengetahuan secara kejiwaan akan tetapi perkembanagan ini tidak dilakukan dengan sengaja atau dengan kesadaran diri. Hasil dari perkembangan ini berdampak kepada anak karena hasrat serta keinginan anak semata.

Teori psikoanalitik ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti :

1. Teori psikososial milik Erik Erikson

Teori yang dikemukakan oleh Erikson, melihat perkembangan anak berdasarkan keinginan maupun hasrat untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Keinginan maupun hasrat untuk berinteraksi ataupun bersosialisasi tanpa dissadari akan membantu tumbuh kembang anak dalam tingkatan emosional, dimana anak akan memiliki rasa empati dan simpati terhadap rekan anak tersebut.


Adapun teori Erikson ini dikelompokkan menjadi delapan tahap perkembangan anak:

Tahap perkembangan kepercayaan vs ketidakpercayaan

Tahapan ini terjadi dari awal anak baru lahir hingga anak berusia 18 bulan, ditahapan ini Erikson menyatakan bahwa tingkat kepercayaan ataupun ketidakpercayaan anak tergantung bagaimana kita memperlakukan anak, sehingga akan mengakibatkan kepada tingkat tust atau mistrust anak terhadap apa yang memperlakukan anak tersebut.

Ditahapan ini akan berdampak kepada perkembanagan anak hingga mereka dewasa nanti atau dalam jangka waktu yang panjang, jadi pada tahapan ini anak akan mempercayai setiap orang yang memenuhi setiap kebutuhannya, sehingga nilai kepercayaan anak terhadap orang tersebut akan secara tanpa disadari akan tumbuh dengan sendirinya dan begitu juga sebalaiknya, jika anak mengalami hal-hal yang mereka tidak inginkan dari perlakuan kita maka tingkat ketidakpercayaan anak akan tumbuh dan lebih memungkinkan akan terbawa dalam rentan waktu yang lama.


Tahap perkembangan kemandirian vs keraguan

Tahapan ini berlangsung setelah melewati tahapan perkembangan kepercayaan vs ketidakpercayaan, yaitu saat anak berusia 18 bulan hingga tiga tahun. Pada tahapan ini menurut Erikson bahwa jika anak mendapatkebebasan untuk mengeksplorasi imaginasi serta ekspresi diri anak, maka nilai kepercayaan diri ataupun otonomi anak akan meningkat. Sehingga anak dapat menemukan jati diri mereka dalam dunia anak-anak tersebut, dan berdampak kepada psikologi anak terutama dalm segi berani melakukan hal-hal yang mereka inginkan, ataupun berani mengungkapkan apa yang anak-anak ingin tahu tanpa ragu dan takutmengungkapkannya kepada orang yang mereka anggap mereka percaya. Akan tetapi akan berbanding terbalik terhadap perkembangan psikologi anak jika kita membatasi anak dalam mengeksplorasi imaginasi mereka serta membatasi anak dalam melakukan hal-hal yang anak inginkan, hal ini akan berdampak kepada tingkat ketidakpercayaan diri anak, serta anak akan ragu serta takut dalam melakukan segala hal karena keterbatasan yang diberikan oleh orang tua mereka.

Jadi ada baiknya sebagai orang tua, mendukung serta membimbing anak saat memasuki  tahapan ini. Jikapun ada hal serta perlakuan yang akan berdampak kepada hal-hal yang membahayakan anak, disinilah peran penting kita sebagai fasilitastor untuk terus memonitoring perkembangan anak sehingga memiliki keinginan untuk mengeksplorasi serta mengimplemantasi setiap imaginasi mereka melalui dunia anak terebut.

Pada tahapan ini sangat perlu bagi kita untuk memberikan penjelasan yang sederhana kepada anak jika anak melakukan hal-hal yang berbahaya untuk keselamatan mereka, tanpa harus memarahi mereka ataupun membatasi mereka. Dengan begitu anak akan memiliki keberanian serta kepercayaan diri dalam mempertanyakan hal-hal yang mereka ingin ketahui.

Tahapan perkembangan inisiatif vs rasa bersalah

Tahapan perkembangan ini, menurut Erikson akan berlangsung pada masa pra sekolah atau pada anak usia 3 tahun hingga 6 tahun. Pada tahapan ini anak akan melakukan segala sesuatu atas dasar rasa penasaran mereka dengan mencoba hal-hal baru berdasarkan inisiatif.  Perkembangan ini akan berdampak kepada tumbuhnya rasa tanggung jawab yang akan dimiliki oleh anak tersebut, jadi tidak heran jika kita menemukan anak kita yang memasuki usia perkembangan ini sangat aktif dan terkadang berada diluar kontrol.

Hal ini merupakan hal yang sangat wajar, jadi sebagai orang tua dibutuhkan monitoring atas apa yang mereka lakukan akan tetapi tidak melarang. Monitoring ini memiliki tujuan untuk mengarahkan anak atas perbuatan yang mereka lakukan, kita bisa ambil contoh ketika anak sudah mulai bisa menggunakan sepeda, terkadang anak bermain sepeda dengan inisiatif seperti menanjakkan sepeda ke halaman rumah, atau bermain sepeda dengan kebut-kebutan, hal tersebut mereka lakukan tanpa memikirkan akan dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Terkadang mereka akan mengalami jatuh dari sepeda karena akibat dari yang mereka lakukan, nah disini peran penting kita dibutuhkan, bahwa memberikan pengertian kepada anak bahwa jika jatuh dari sepeda adalah sakit bahkan hingga luka.


Dalam memberikan arahan akan dampak yang mereka perbuat ada baiknya lakukan dengan kalimat sederhana, seperti ketika mereka jatuh dan terluka ada baiknya kita bertanya ke mereka tentang bagaimana jatuh dan apa yang dirasakan dari akibat jatuh tersebut, lalu kita masukkan kalimat pencegahan agar anak tidak mengulangi perbuatan tersebut, sehingga anak akan lebih bertanggung jawab akan apa yang mereka perbuat.


Perlu diketahui bahwa anak yang terlalu berinisiatif, maka anak tersebutcenderung tidak akan memperdulikan bimbingan yang diberikan kepada anak, begitu juga sebaliknya jika anak memiliki persaan terlalu bersalah, maka anak akan pasif dan tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan pada tahapan ini, karena anak tersebut berusaha untuk menghidar dari melakukan kesalahan. Jadi sangat penting kita memiiki pola asuh yang bijak dalam menghadapi tahapan perkembangan seperti ini.


Tahapan perkembangan semangat vs rasa rendah diri

Tahapan perkembangan ini, dapat berlangsung ketika anak berusia 6 tahun hingga 12 tahun atau bisa diketegorikan saat anak masuk usia sekolah dasar. Pada perkembangan ini anak akan memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan energi mereka untuk mengasah intelektual serta imaginasi mereka, disini peran penting yang harus dilakukan oleh orang tua adalah memberikan motivasi serta dorongan agar anak memiliki prestasi seperti yang mereka inginkan.

Energi serta semangat yang mereka dapat dari motivasi serta dorongan tersebutlah yang akan berdampak kepada prestasi-prestasi yang sangat positif, dan sangat tidak perlu untuk membandingkan anak dengan teman sebayanya walupun dalam sebuah keahlian khusus sekalipun. Karena jika hal tersebut terjadi energi serta semangat dari anak akan menurun bahkan berakibat kepada rasa rendah diri mereka dengan semua yang kita bandingkan.

Butuh kearifan dalam memompa motivasi ataupun bentuk dukungan sehingga anak memiliki energi serta semangat dalam pengembangan diri mereka terutama dalam hal prestasi tersebut.

Tahapan perkembangan identitas vs kebingungan identitas

Pada tahapan perkembangan ini, menurut Erikson akan terjadi saat anak berusia  12 tahun hingga 18 tahun. Tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan masa anak memasuki sekolah menengah hingga atas, pada masa ini merupakan tahapan peralihan masa anak menuju masa dewasa. Pada umumnya anak akan melakukan segala hal untuk mendapatkan jati dirinya, masa perkembanagn ini merupakan masa yang paling rawan terhadap prilaku anak, karena anak akan melakukan banyak hal baik itu dalam segi positif maupun segi negatif agarmendapat pengakuan dari kelompok maupun lingkungan sekitarnya.

Dalam tahapan ini kontroling serta monitoring orang tua sangat diperlukan melalui komunikasi yang terbuka dan membuat anak merasa ada penghargaan diri, dengan demikian setidaknya anak akan terbuka kepada kita atas segala hal yang dijalani. Banyak kegagalan yang kita hadapi dari tahapan ini yang mengakibatkan anak memiliki karakter yang negatif, dan bersembunyi dibalik orang tua mereka. Hal ini dikarenakan kurang ada ikatan jalinan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, sehingga anak akan mencari pengakuan diri mereka tanpa bisa kita monitor.

Apalagi dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, banyak kita temukan anak-anak sudah mulai merokok, mulai berpacaran melewati batas kewajaran, hingga hal-hal yang bersifat negatif. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan anak pada masa ini juga banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi seperti mudahnya dalam pengaksesan internet, sehingga anak mudah mendapat referensi yang terkadang akan menjerumuskan mereka tanpa mereka sadari dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan mereka.

Dari tahapan-tahapan diatas, Erikson juga mengungkapkan 3 tahapan selanjutnya yaitu, tahapan masa muda dewasa yang akan belangsung pada usia 18 tahun hingga 30 tahun, tahapan masa dewasa menengah yang akan berlangsung pada usia 30 tahun hingga 65 tahun dan tahapan dewasa akhir yang akan berlangsung pada usia 65 tahun keatas.


2. Teori psikoseksual milik Sigmund Freud

Menurut Sigmund Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagaian bentuk dari prilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik, sedangkan isi dari tahapan-tahapan tersebut berbeda –beda tergantung kepada kebudayaan tempat terjadinya perkembangan tersebut.


Sigmund Freud berpendapat bahwa pada perkembangan anak meliputi tahapan-tahapan psikoseksual seperti:

Tahapan psikoseksual oral

Tahapan ini terjadi pada sejak anak lahir hingga anak berusia 1 tahun, pada perkembangan ini anak akan merasakan kenikmatan yang bersumber dari mulutnya, dan sumber kenikmatan yang didapat bisa berupa makanan yang diberikan kepada anak. Menelan serta menggit adalah bagian dari kenikmatan yang dirasakan anak pada tahapan psikoseksual oral ini, dan masa perkembanagn ini sangat membutuhkan bantuan atau ketergantungan terhadap orang lain.

Tahapan psikoseksual anal

Tahapan ini terjadi saat anak berusia 1 tahun hingga 3 tahun,  pada masa atau tahapan perkembangan ini lanjuta dari tahapan oran dimana anak akan menentukan tentang pengaturan atas suatu inpuls instingtual oleh pihak lain. Seperti contoh anak akan melakukan reflex terhadap sisa makanan yang menumpuk di bagian ujung bawah dari usus dan akan dikeluarkan apabila terjadi tekanan terhadap otot lingkar dubur. Pembiasaan akan kebersihan ini akan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus.

Tahapan psikoseksual phalik

Tahapan ini akan berlangsung pada saat anak berusia 3 tahun hingga 5 tahun, tahapan ini merupakan tahapan perkembangan kepribadian yang menjadi pusat dari dinamika perasaan-persaan seksual dan agresifitas yang banyak berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal.


Tahapan psikoseksual laten

Tahapan ini terjadi pada anak usia sekolah dasar yaitu saat anak berusia  antara 5 atau 6 tahun hingga 12 tahun. Anak yang memasuki tahapan ini akan mengalami masa awal puberitas, dimana pada tahapan ini merupakan masa tertahannya dorongan seks secara agresif. Selama memasuki tahapan ini anak akan mengembangkan kemampuannya dalam prestasi.

Tahapan psikoseksual genital atau kelamin

Pada tahapan ini bisa dikatakan sebagai tahapan anak memasuki remaja, dimana anak akan mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manupulasi dari tubuhnya sendiri. Sehingga pada masa tersebut banyak kita dapati anak sudah mulai mengerti dengan dunia perawatan dan penampilan, dengan tujuan kepuasan diri sendiri serta menarik perhatian dari orang lain.

Bahkan dalam media sosial, tidak sedikit kita temukan anak pada masa perkembangan ini dengan bangga menunjukkan kemolekkan tubuh mereka serta gaya berpacaran yang sebenarnya tidak atau kurang sesuai dengan kebudayaan leluhur kita. Disini peran penting orang tua untuk memonitoring lebih intensif serta membuka kedekatan terhadap anak, sehingga hal-hal yang kita tidak inginkan tidak terjadi kepada anak kita.


TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK BERDASARKAN TEORI KOGNITIF

Kognitif merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, dimana proses intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, serta sintesa menghasilkan kemampuan rasional anak. Teori perkembangan anak ini merupakan kebalikan dari teori psikoanalsisi.  Teori kognitif ini mendeskripsikan proses perkembangan yang berlangsung dengan disadari atau conscious, dan teori ini umumnya dibagi menjadi:

1. Teori perkembangan kognitif milik Jean Piaget

Pada teori ini, anak akan berusaha membangun pemahaman tentang dunia mereka melalui tahapan-tahapan berdasarkan usia mereka, seperti:
  1. Saat anak berusia baru lahir hingga anak berusia 2 tahun, pada usia ini anak akan memasuki tahapan sensorimotorik, yaitu anak akan mencoba mambangun pengenalan tentang dirinya melalui pengalaman berupa sensorik dan motorik ataupun gerak secara fisik, seperti anak akan mencari rangsangan melalui sinar lampu maupun suara, anak juga suka memoerhatikan sesuatu yang menarik perhatiannya dalam waktu yang relatif lama dan sebagainya.
  2. Saat anak berusia 2 tahun hingga 7 tahun, pada masa ini anak akan memasuki tahapan praoperasi. Dimana pada masa ini anak akan banyak melakukan implemntasi terhadap gerakan dan komunikasi kata, seperti anak akan banyak mengukapkan kata-kata karena pada masa ini anak memiliki lumbung kosa kata, serta anak akan membuat gambar-gambar. Jadi pada tahapan ini kita akan temukan anak suka mencoret tembok, senang menggambar dan sebagainya.
  3. Saat anak berusia 7 tahun hingga 11 tahun, pada masa ini anak akan memasuki tahapan nalar secara logis. Pada tahapan ini anak sudah dapat menarik kesimpulan, menafsirkan serta mengembangkan hyptesa. Dimana pada tahapan ini anak sudah bisa berfikir secara sistematis dan efektif serta  berfikir secara proporsional.
  4. Saat anak berusia 11 tahun hingga anak memasuki usia dewasa, pada masa ini anak akan berada pada tahapan operasi formal, dimana anak sudah dapat berfikir secara logis dan idealis.



2. Teori perkembangan kognitif milik Lev Vygotsky (Sosio Budaya)

Teori ini dikembangkan oleh Lev Vygotsky (1896-1934), dan teori ini banyak menekankan kepada bagaimana proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang anak temukan berdasarkan lingkungannya. Dalam artian bahwa Lev Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan anak sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya.

Perkembangan anak secara kognitif sosio budaya lebih banyak menekankan kepada peran orang dewasa serta orang lain dalam mempermudah perkembangan si anak. Dimana perkembangan ini banyak menitik beratkan kepada bagaimana anak memiliki ingatan tentang apa yang di dapat dari lingkungan sekitar.

Teori kognitif sosio budaya agak sedikit memiliki perbedaan dibandingkan teori kognitif Piaget, karena menurut Lev Vygotsky perkembangan kognitif anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa, sedangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa anak akan menjelajahi dunianya sendiri serta dapat membentuk gambaran realita batinnya sendiri.


Demikian tulisan tentang ‘Perkembangan Psikologi Anak Berdasarkan Teori para Ahli’, semoga dapat memberikan tambahan referensi tentang perkembangan anak menurut pakarnya. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan yang terdapat pada blogduniaanakindonesia.blogspot.com.

Post a Comment for "PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK BERDASARKAN TEORI PARA AHLI"