Cara Menanamkan Nilai Agama pada Anak-anak – Indonesia yang kental akan nilai beragam budaya dan agama, seiring perkembangannya nilai-nilai tersebut mulai tidak dirasakan dalam kehidupan sehari-hari terutama nilai agama. Untuk
menanamkan nilai agama sudah seharusnya dilakukan sejak anak usia dini, dengan menanamkan nilai agama pada anak kelak di kemudian hari generasi yang akan datang memiliki kematangan moral yang positif, lalu apa saja tips untuk menanamkan nilai agama pada anak-anak.
Ketentraman hati serta kenyamanan dalam mendengarkan ayat-ayat suci sangat baik untuk kedua jiwa yang ada didalamnya yaitu anak dan ibu yang mengandung. Dengan adanya rasa nyaman dan tenang karena mendengarkan ayat suci, janin yang berada dalam kandungan niscaya akan menjadi generasi yang kuat dalam naluri keagamaannya kelak. Lantunan ayat suci bukan hanya sebagai penguat jaringan kerohanian secara psikologi akan tetap juga akan membuat kita terutama ibu yang sedang mengandung dalam keadaan yakin bahwa ada yang menyertai dia saat mengandung yaitu nilai amanah terhadap kandungannya.
Memberi salam termasuk didalamnya, memberi salam merupakan perbuatan saling mendoakan antara sesama. Dengan mempraktekan member salam saat kita akan keluar rumah ataupun masuk rumah, secara otomatis anak akan melakukan hal yang sama seperti apa yang kita lakukan, walaupun anak belum mengerti arti dan makna dari apa yang mereka lakukan.
Dengan pembiasaan memberi salam, ada saatnya kita juga memberi pengetahuan arti dan mengapa kita melakukan perbuatan tersebut, sehingga anak akan semakin mendalami alasan mengapa anak ataupun kita harus melakukan pemberian salam saat kita akan masuk maupun keluar dari rumah. Dengan demikian penanaman agama secara tidak langsung kita berikan kepada anak-anak.
Mencium tangan merupakan salah satu praktek dalam menghormati orang yang lebih dewasa, tidak sedikitkita temukan anak-anak enggan untuk mencium tangan orang yang lebih dewasa darinya, kalaupun ada, anak-anak hanya menempelkan pipi mereka kepada orang yang lebih dewasa darinya tanpa terkeculi kepada orang tua.
Memang tidak ada yang salah dalam perbuatan ini, tapi amat disayangkan jika mencium tangan beralih dengan menempelkan pipi. Jika kita bisa maknai dari mencium tangan itu sendiri adalah bahwa kita menghormati serta menghargai orang yang kita cium tangannya, kita bisa ambil contoh jika kita bertemu pemuka agama sudah pasti kita akan mncium tangan mereka atau kita bertemu dengan orang kita hormati sepeti guru, sudah barang tentu kita akan mencium tanggan mereka karena bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap mereka.
Kebudayaan mencium tangan yang berganti dengan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa, amat sangat disayangkan, karena kita sendiri diajarkan untuk menghormati orang yang lebih dewasa dengan mencium tangan mereka. Jika hal ini terus terjadi maka kebuyaan mencium tangan akan tergeser dengan kebudayaan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa.
Mencium tangan merupakan praktek menghargai serta menghormati orang yang lebih dewasa, jika praktek tersebut tidak kitaajarkan sejak anak usia dini, tidak menutup kemungkinan anak-akan memiliki moral yang kurang menghargai terhadap orang yang lebih dewasa ataupun terhadap orang tua.
Penanaman praktek mencium tangan ini sedah semestinya menjadi bagian utama dalam cara kita untuk medidik anak agar lebih memiliki sifat menghargai orang lain, dan kelak anak akan menjadi generasi yang mengharagai sesama tanpa pandang bulu.
Dengan penanaman nilai keagamaan tersebut, anak akan belajar serta akan banyak tanya tentang hal-hal yang mereka lihat dan temukan di tempat ibadah tersebut. Dengan begitu anak akan lebih mendalami tentang norma agama berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan hanya berdasarkan buku tentang agama ataupun lainnya.
Selain dari itu anak juga akan banyak belajar dari apa yang mereka dengar di tempat ibadah tersebut, seperti bacaan yang dibaca saat beribadah dan sebagainya. Sangat jarang kita temukan orang tua mengajak anak untuk berkunjung ke tempat ibadah, kecuali pada hari-hari besar agama tertentu saja, seperti hari raya idul fitri, hari raya natal dan hari raya besar agama lainnya.
Baca : Kenalkan Ke Anak Makna Hari Raya Idul Fitri
Ibadah yang merupakan kewajiban setiap manusia untuk pendekatan diri kepada sang penciptan, sudah selayaknya juga kita mengenalkan tempat ibadah tersebut kepada anak-anak. Tidak sedikit anak yang ketika mereka memasuki masa pra sekolah mauun masa sekolah, dan menemukan pembahasan tentang tempat ibadah mereka kurang memahami hal tersebut, atau bahkan untuk mereka temapt ibadah merupakan hal baru buat mereka, hal ini disebabkan karena kita jarang atau tidak pernah mengajak anak untuk beribadah di tempat ibadah.
Kebanyakan anak generasi sekarang lebih mengenal tempat bermain atau pun tempat tamasya dibandingkan tempat ibadah tersebut, jika kita telusuri akar permasalahannya bukan karena anak tidak mencintai agama mereka akan tetapi lebih kepada bagaimana kita kurang mengenalkan tempat ibadah kepada anak sejak mereka berusia dini.
Baca : Bacaan Doa Saat Berbuka Puasa
Dengan mendidik anak untuk berdoa setiap memulai dan selesai melakukan kegiatan, anak akan terbiasa untuk mengingat anugerah yang mereka dapat serta anak akan menjadi individu yang memiliki rasa syukur, sehingga jika suatu saat mereka berada dalam kesusahan, mereka tidak akan mudah dalam menyalahkan orang lain karena kesulitan atau kesusahan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka.
Sedikit kemungkinan terjadi jika kita sebagai orang tua jarang beribadah, anak akan memiliki keinginan beribadah yang kuat. Karena dunia anak merupakan dunia peniru yang sangat handal, jadi ada baiknya kita memberikan praktek ibadah dengan contoh dari kita sendiri mempraktekkan ibadah dalam keseharian kita seperti shalat lima waktu.
Dengan melihat praktek yang kita berikan kepada anak dalam keseharian terutama beribadah, niscaya anak akan memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi untuk meniru apa yang kita lakukan. Hal ini merupakan cikal bakal penanaman keagamaan terhadap diri anak tersebut, dengan melihat anak akan meniru, dengan meniru anak akan terbiasa. Begitu sekiranya alur yang akan terjadi jika kita membiasakan praktek beribadah dalam kehidupan keseharian kita, sehingga nilai-nilai agama akan tertanam dan melekat kepada diri anak.
Dalam memberikan cerita kepada anak, ada baiknya gunakan buku-buku yang mengandung gambar sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna setiap cerita yang ada terutama kepada anak usia dini atau anak pra sekolah.
Gambar adalah media pendukung sebuh cerita yang akan membuat anak lebih tertarik dan menghindari dari rasa bosan mereka. Selalu gunakan kalimat yang mudah anak mengerti dalam menyampaikan sebuah kisah tauladan tersebut, sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna dan memahami arti dan makna dari sebuah cerita yang kita sampaikan.
Lalu apa kaitannya pendidikan agama dengan berbagi, jika ditelusuri dengan seksama nilai keagamaan sebenarnya dilandasi dari nilai sosial yang tinggi. Karena setiap agama sangat menghargai sesama dan berbagi merupakan salah satu bagian dari itu. Dengan penanaman nilai-nilai sosial kepada anak, otomatis anak akan mampu menghargai sesama, tanpa penanaman nilai sosial yang tinggi kepada anak, kelak kita akan mendapati anak kita akan melakukan segala hal untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Senyum merupakan bagian dari apa yang diajarkan oleh setiap agama, jadi penanaman agama tidak harus terus menerus berbicara tentang penghafalan tempat ibadah, penghafalan ayat-ayat suci dan sebagainya. Agama secara universal bisa dipraktekkan dengan norma-norma positif yang akan membuat anak mengerti arti dari penghargaan terhadap sesama. Seperti kita ketahui bersama bahwa agama mengajarkan dua hubungan, yaitu hubungan vertikal dan horizontal, dimana hubungan vertikal sering diidentikkan dengan manusia dengan sang penciptanya, sedangkan hubungan horizontal merupakan hubungan antar sesama.
Jadi keramahtamahan yang kita tanamankan berupa keutamaan dalam berhubungan secara horizontal, dengan begitu anak akan memiliki norma agama yang positif sehingga kedepannya anak akan menjadi generasi yang dapat menghargai serta memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi.
Norma-norma agama yang kita tanamkan kepada anak termasuk anak usia dini, ada baiknya dilakukan dengan cara learning by doing, bukan hanya berdasarkan dari mengacarakan dengan cara teori saja. Praktek penanaman nilai agama melalui praktek yang kita contohkan dalam kehidupan kita sehari-hari akan lebih membuat anak menyenangi serta mendalami pendalaman tersebut, dibandingkan kita harus menitikberatkan kepada teori penanaman agama yang kita ajarkan kepada anak.
Penanaman agama sejak anak usia dini sangat perlu karena hal tersebut merupakan pencegahan dan pembekalan anak untuk menghadapi perkembangan zaman yang serba canggih ini, dimana percampuran kebudayaan serta norma-norma yang terkadang kurang sesuai dengan agama dan kebudayaan yang kita jalani. Terutama berkenaan dengan mudahnya informasi serta segala hal yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku anak yang bisa dipengaruhi dari berbagai sumber seperti dunia internet dan hal tersebut sulit untuk kita saring, jadi kita harus pandai dalam menciptakan tips maupun cara menanamkan nilai agama kepada anak-anak sebagai bekal anak dalam menjalani kehidupan mereka kelak.
Semoga dengan tulisan ini, kita bisa memberikan hal terbaik untuk tumbuh kembang anak dalam membentengi mereka terhadap pengaruh yang kurang baik yang didampakkan oleh perkembanagn zaman seperti sekarang ini, dan akhir kata dari tulisan ini, semoga bukan hanya penulis saja yang merasa bahwa penanaman agama kepada generasi penerus kita yaitu anak-anak HARUS memiiki norma agama yang seharusnya sudah mereka kenal dari usia dini, seiring dengan sangat banyaknya kita ketemukan anak-anak lebih menyukai hal kedewasaan yang selakyaknya mereka belum kenal di usia mereka. Seperti kita temukan anak-anak lebih berpakaian dewasa dibandingkan usia mereka, anak-anak sudah mengenal pacaran, anak-anak lebih suka membentak orang tuanya dan lebih patuh kepada pacar mereka, dan lebih diperparah lagi bahwa pergaulan bebas bukan lagi hal yang tabu bagi mereka. Dari kemirisan inilah penulis mencoba untuk menulis tentang cara penanaman nilai agama pada anak yang semoga dapat bermanfaat bagi pengunjung dari blogduniaanakindonesia.blogspot.com.
Daftar Isi:
- BIASAKAN MENDENGARKAN LANTUNAN AYAT SUCI SEJAK ANAK DALAM KANDUNGAN
- BIASAKAN MENGUCAPKAN SALAM KETIKA MASUK ATAU KELUAR DARI RUMAH
- BIASAKAN ANAK MENCIUM TANGAN ORANG YANG LEBIH DEWASA DARINYA
- AJAK ANAK KE TEMPAT IBADAH
- AJARKAN ANAK SELALU BERDOA KETIKA MEMULAI DAN SELESAI MELAKUKAN KEGIATAN
- AJAK ANAK BERIBADAH DI RUMAH
- CERITAKAN KISAH TAULATAN KEPADA ANAK
- BIASAKAN ANAK UNTUK BERBAGI
- KENALKAN ANAK DENGAN SENYUM DAN RAMAH-TAMAH
1. BIASAKAN MENDENGARKAN LANTUNAN AYAT SUCI SEJAK ANAK DALAM KANDUNGAN
Banyak orang tua mencoba mencari cara agar anak menjadi cerdas sejak anak berada dalam kandungan, salah satunya adalah mendengarkan musik klasik. Hal tersebut memang sangat disarankan oleh para pakar bayi dan anak, akan tetapi terkadang kita lupa untuk mencari pengimbang kepada anak ataupun bayi yang seharusnya juga sejak dalam kandungan sudah mulai dikenalkan atau didengarkan lantunan ayat-ayat dari kitab suci, selain itu dapat menenangkan hati seorang ibu yang mengandung juga akan berdampak kepada kandungannya sendiri.Ketentraman hati serta kenyamanan dalam mendengarkan ayat-ayat suci sangat baik untuk kedua jiwa yang ada didalamnya yaitu anak dan ibu yang mengandung. Dengan adanya rasa nyaman dan tenang karena mendengarkan ayat suci, janin yang berada dalam kandungan niscaya akan menjadi generasi yang kuat dalam naluri keagamaannya kelak. Lantunan ayat suci bukan hanya sebagai penguat jaringan kerohanian secara psikologi akan tetap juga akan membuat kita terutama ibu yang sedang mengandung dalam keadaan yakin bahwa ada yang menyertai dia saat mengandung yaitu nilai amanah terhadap kandungannya.
2. BIASAKAN MENGUCAPKAN SALAM KETIKA MASUK ATAU KELUAR DARI RUMAH
Dunia anak merupakan dunia yang sangat pandai meniru, karena pada fase tersebut anak meniru apa yang mereka lihat tanpa mereka pertimbangan yang biasa kita lakukan. Jadi alangkah baiknya lakukan perbuatan yang layak anak tiru sehingga dengan perbuatan-perbuatan baik tersebut, anak dapat meniru hal-hal positif.Memberi salam termasuk didalamnya, memberi salam merupakan perbuatan saling mendoakan antara sesama. Dengan mempraktekan member salam saat kita akan keluar rumah ataupun masuk rumah, secara otomatis anak akan melakukan hal yang sama seperti apa yang kita lakukan, walaupun anak belum mengerti arti dan makna dari apa yang mereka lakukan.
Dengan pembiasaan memberi salam, ada saatnya kita juga memberi pengetahuan arti dan mengapa kita melakukan perbuatan tersebut, sehingga anak akan semakin mendalami alasan mengapa anak ataupun kita harus melakukan pemberian salam saat kita akan masuk maupun keluar dari rumah. Dengan demikian penanaman agama secara tidak langsung kita berikan kepada anak-anak.
3. BIASAKAN ANAK MENCIUM TANGAN ORANG YANG LEBIH DEWASA DARINYA
Entah karena perkembangan zaman atau percampuran kebudayaan, banyak kita temukan anak tidak atau kurang terbiasa untuk menghormati orang yang lebih dewasalewat mencium tangan orang yang lebih dewasa darinya.Mencium tangan merupakan salah satu praktek dalam menghormati orang yang lebih dewasa, tidak sedikitkita temukan anak-anak enggan untuk mencium tangan orang yang lebih dewasa darinya, kalaupun ada, anak-anak hanya menempelkan pipi mereka kepada orang yang lebih dewasa darinya tanpa terkeculi kepada orang tua.
Memang tidak ada yang salah dalam perbuatan ini, tapi amat disayangkan jika mencium tangan beralih dengan menempelkan pipi. Jika kita bisa maknai dari mencium tangan itu sendiri adalah bahwa kita menghormati serta menghargai orang yang kita cium tangannya, kita bisa ambil contoh jika kita bertemu pemuka agama sudah pasti kita akan mncium tangan mereka atau kita bertemu dengan orang kita hormati sepeti guru, sudah barang tentu kita akan mencium tanggan mereka karena bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap mereka.
Kebudayaan mencium tangan yang berganti dengan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa, amat sangat disayangkan, karena kita sendiri diajarkan untuk menghormati orang yang lebih dewasa dengan mencium tangan mereka. Jika hal ini terus terjadi maka kebuyaan mencium tangan akan tergeser dengan kebudayaan menempel pipi ke tangan orang yang lebih dewasa.
Mencium tangan merupakan praktek menghargai serta menghormati orang yang lebih dewasa, jika praktek tersebut tidak kitaajarkan sejak anak usia dini, tidak menutup kemungkinan anak-akan memiliki moral yang kurang menghargai terhadap orang yang lebih dewasa ataupun terhadap orang tua.
Penanaman praktek mencium tangan ini sedah semestinya menjadi bagian utama dalam cara kita untuk medidik anak agar lebih memiliki sifat menghargai orang lain, dan kelak anak akan menjadi generasi yang mengharagai sesama tanpa pandang bulu.
4. AJAK ANAK KE TEMPAT IBADAH
Walaupun kita tahu anak masih belum bisa melakukan hal seperti beribadah dengan sempurna dan khusuk, akan tetapi sangat baik jika kita mengenalkan temapt ibadah agama kita kepada anak sejak usia dini. Dengan pengenalan tempat ibadah melalui cara mengajak anak beribadah di tempat ibadah secara tidak langsung psikologi anak akan tertanam nilai keagamaan.Dengan penanaman nilai keagamaan tersebut, anak akan belajar serta akan banyak tanya tentang hal-hal yang mereka lihat dan temukan di tempat ibadah tersebut. Dengan begitu anak akan lebih mendalami tentang norma agama berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan hanya berdasarkan buku tentang agama ataupun lainnya.
Selain dari itu anak juga akan banyak belajar dari apa yang mereka dengar di tempat ibadah tersebut, seperti bacaan yang dibaca saat beribadah dan sebagainya. Sangat jarang kita temukan orang tua mengajak anak untuk berkunjung ke tempat ibadah, kecuali pada hari-hari besar agama tertentu saja, seperti hari raya idul fitri, hari raya natal dan hari raya besar agama lainnya.
Baca : Kenalkan Ke Anak Makna Hari Raya Idul Fitri
Ibadah yang merupakan kewajiban setiap manusia untuk pendekatan diri kepada sang penciptan, sudah selayaknya juga kita mengenalkan tempat ibadah tersebut kepada anak-anak. Tidak sedikit anak yang ketika mereka memasuki masa pra sekolah mauun masa sekolah, dan menemukan pembahasan tentang tempat ibadah mereka kurang memahami hal tersebut, atau bahkan untuk mereka temapt ibadah merupakan hal baru buat mereka, hal ini disebabkan karena kita jarang atau tidak pernah mengajak anak untuk beribadah di tempat ibadah.
Kebanyakan anak generasi sekarang lebih mengenal tempat bermain atau pun tempat tamasya dibandingkan tempat ibadah tersebut, jika kita telusuri akar permasalahannya bukan karena anak tidak mencintai agama mereka akan tetapi lebih kepada bagaimana kita kurang mengenalkan tempat ibadah kepada anak sejak mereka berusia dini.
5. AJARKAN ANAK SELALU BERDOA KETIKA MEMULAI DAN SELESAI MELAKUKAN KEGIATAN
Hal kecil tapi berdampak sangat besar terhadap tumbuh kembang anak, salah satunya adalah pendidikan berdoa. Berdoa merupakan salah satu cara kita dalam mengingat serta mensyukuri atas apa yang kita dapatkan di kehidupan ini, dengan penanaman berdoa kepada anak ketika akan melakukan maupun setelah mengerjakan aktivitas niscaya kita akan mendapatkan norma-norma yang positif terhadap tumbuh kembang anak hingga mereka dewasa nanti.Baca : Bacaan Doa Saat Berbuka Puasa
Dengan mendidik anak untuk berdoa setiap memulai dan selesai melakukan kegiatan, anak akan terbiasa untuk mengingat anugerah yang mereka dapat serta anak akan menjadi individu yang memiliki rasa syukur, sehingga jika suatu saat mereka berada dalam kesusahan, mereka tidak akan mudah dalam menyalahkan orang lain karena kesulitan atau kesusahan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka.
6. AJAK ANAK BERIBADAH DI RUMAH
Beribadah merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia tanpa terkecuali anak, akan tetapi anak tidak akan mengenal ibadah jika anak tidak melihat kita melakukan ibadah. Jadi sangat penting mendidik anak dengan memberi contoh bukan memberikan mereka teori ataupun bacaan.Sedikit kemungkinan terjadi jika kita sebagai orang tua jarang beribadah, anak akan memiliki keinginan beribadah yang kuat. Karena dunia anak merupakan dunia peniru yang sangat handal, jadi ada baiknya kita memberikan praktek ibadah dengan contoh dari kita sendiri mempraktekkan ibadah dalam keseharian kita seperti shalat lima waktu.
Dengan melihat praktek yang kita berikan kepada anak dalam keseharian terutama beribadah, niscaya anak akan memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi untuk meniru apa yang kita lakukan. Hal ini merupakan cikal bakal penanaman keagamaan terhadap diri anak tersebut, dengan melihat anak akan meniru, dengan meniru anak akan terbiasa. Begitu sekiranya alur yang akan terjadi jika kita membiasakan praktek beribadah dalam kehidupan keseharian kita, sehingga nilai-nilai agama akan tertanam dan melekat kepada diri anak.
7. CERITAKAN KISAH TAULATAN KEPADA ANAK
Dunia anak yang umumnya sangat suka dengan sebuah cerita, maka ada baiknya kita gunakan hal tersebut sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai agama kepada anak. Kisah-kisah tauladan yang kita ceritakan kepada anak, merupakan cara pendekatan psikologi anak kepada nilai-nilai agama yang sudah seharusnya ditanamkan sejak anak usia dini.Dalam memberikan cerita kepada anak, ada baiknya gunakan buku-buku yang mengandung gambar sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna setiap cerita yang ada terutama kepada anak usia dini atau anak pra sekolah.
Gambar adalah media pendukung sebuh cerita yang akan membuat anak lebih tertarik dan menghindari dari rasa bosan mereka. Selalu gunakan kalimat yang mudah anak mengerti dalam menyampaikan sebuah kisah tauladan tersebut, sehingga akan memudahkan anak dalam mencerna dan memahami arti dan makna dari sebuah cerita yang kita sampaikan.
8. BIASAKAN ANAK UNTUK BERBAGI
Terkadang aktivitas ini kita anggap hal yang mudah akan tetapi sebenarnya berbagi akan sangat sulit untuk anak jika kita membiasakan mereka dengan menuruti semua keinginan mereka tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Banyak dari orang tua secara tidak sengaja membiarkan anak untuk tidak memiliki rasa kebersamaan dengan mengajarkan anak untuk berbagai. Kita bisa ambil contoh, terutama saat dalam keluarga tersebut hanya terdapat anak tunggal. Orang tua akan melakukan apapun yang anak inginkan, dengan dasar ingin membahagiakan anak terkadang membuat para orang tua lupa akan hal dan dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut.Lalu apa kaitannya pendidikan agama dengan berbagi, jika ditelusuri dengan seksama nilai keagamaan sebenarnya dilandasi dari nilai sosial yang tinggi. Karena setiap agama sangat menghargai sesama dan berbagi merupakan salah satu bagian dari itu. Dengan penanaman nilai-nilai sosial kepada anak, otomatis anak akan mampu menghargai sesama, tanpa penanaman nilai sosial yang tinggi kepada anak, kelak kita akan mendapati anak kita akan melakukan segala hal untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
9. KENALKAN ANAK DENGAN SENYUM DAN RAMAH-TAMAH
Senyum itu adalah ibadah, jadi ada baiknya kita mengenalkan ramahtamah tanpa terkecuali senyum. Pengenalan ramahtamah termasuk senyum kepada anak sejak anak berusia dini, akan membuat anak menjadi sosok yang baik dan ramah terhadap sesama. Jadi ada baiknya kita sebagai fasilitator dalam tumbuh kembang anak, memberian contoh keramah tamahan tersebut sehingga anak akan meniru dan mempraktekan prilaku tersebut dalam kehidupan anak-anak.Senyum merupakan bagian dari apa yang diajarkan oleh setiap agama, jadi penanaman agama tidak harus terus menerus berbicara tentang penghafalan tempat ibadah, penghafalan ayat-ayat suci dan sebagainya. Agama secara universal bisa dipraktekkan dengan norma-norma positif yang akan membuat anak mengerti arti dari penghargaan terhadap sesama. Seperti kita ketahui bersama bahwa agama mengajarkan dua hubungan, yaitu hubungan vertikal dan horizontal, dimana hubungan vertikal sering diidentikkan dengan manusia dengan sang penciptanya, sedangkan hubungan horizontal merupakan hubungan antar sesama.
Jadi keramahtamahan yang kita tanamankan berupa keutamaan dalam berhubungan secara horizontal, dengan begitu anak akan memiliki norma agama yang positif sehingga kedepannya anak akan menjadi generasi yang dapat menghargai serta memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi.
Norma-norma agama yang kita tanamkan kepada anak termasuk anak usia dini, ada baiknya dilakukan dengan cara learning by doing, bukan hanya berdasarkan dari mengacarakan dengan cara teori saja. Praktek penanaman nilai agama melalui praktek yang kita contohkan dalam kehidupan kita sehari-hari akan lebih membuat anak menyenangi serta mendalami pendalaman tersebut, dibandingkan kita harus menitikberatkan kepada teori penanaman agama yang kita ajarkan kepada anak.
Penanaman agama sejak anak usia dini sangat perlu karena hal tersebut merupakan pencegahan dan pembekalan anak untuk menghadapi perkembangan zaman yang serba canggih ini, dimana percampuran kebudayaan serta norma-norma yang terkadang kurang sesuai dengan agama dan kebudayaan yang kita jalani. Terutama berkenaan dengan mudahnya informasi serta segala hal yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku anak yang bisa dipengaruhi dari berbagai sumber seperti dunia internet dan hal tersebut sulit untuk kita saring, jadi kita harus pandai dalam menciptakan tips maupun cara menanamkan nilai agama kepada anak-anak sebagai bekal anak dalam menjalani kehidupan mereka kelak.
Sumber: Dok. http://blogduniaanakindonesia.blogspot.com |
Semoga dengan tulisan ini, kita bisa memberikan hal terbaik untuk tumbuh kembang anak dalam membentengi mereka terhadap pengaruh yang kurang baik yang didampakkan oleh perkembanagn zaman seperti sekarang ini, dan akhir kata dari tulisan ini, semoga bukan hanya penulis saja yang merasa bahwa penanaman agama kepada generasi penerus kita yaitu anak-anak HARUS memiiki norma agama yang seharusnya sudah mereka kenal dari usia dini, seiring dengan sangat banyaknya kita ketemukan anak-anak lebih menyukai hal kedewasaan yang selakyaknya mereka belum kenal di usia mereka. Seperti kita temukan anak-anak lebih berpakaian dewasa dibandingkan usia mereka, anak-anak sudah mengenal pacaran, anak-anak lebih suka membentak orang tuanya dan lebih patuh kepada pacar mereka, dan lebih diperparah lagi bahwa pergaulan bebas bukan lagi hal yang tabu bagi mereka. Dari kemirisan inilah penulis mencoba untuk menulis tentang cara penanaman nilai agama pada anak yang semoga dapat bermanfaat bagi pengunjung dari blogduniaanakindonesia.blogspot.com.
Post a Comment for "TIPS MENANAMKAN NILAI AGAMA PADA ANAK"